Teach Like Prophet

“Allahu Akbar!”, sebuah teriakan takbir menggelegar di sebuah sudut diskotik di Bali, bersamaan dengan dentuman bom yang memecah keramaian malam itu. Malam itu seolah nyawa dan raga manusia tak lebih berharga dari seekor nyamuk. Berlindung di balik topeng membela agama, mereka bertindak sesukanya bak algojo yang tak kenal lagi apa itu kasih dan cinta. Bukan hanya mereka yang sedang bermaksiat ria yang merasakan imbasnya, tapi juga mereka yang sedang duduk-duduk manis bersama keluarganya. Sering hati kecil ini bertanya, “Bukankah Nabi mereka mengajarkan kasih sayang dan akhlak yang paripurna?”

SEBUAH PROLOG
Ketika peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah), beliau menapaki kota Makkah dengan penuh kemenangan bersama para ksatria muslim. Dan apa yang beliau lakukan selanjutnya? Apakah beliau memerintahkan pengikutnya untuk menjarah kota? Ataupun mengenangi tanahnya dengan darah penduduknya sendiri? Atau mungkin merampok kesucian gadis-gadisnya? Sama sekali tidak, bahkan beliau mengumandangkan sebuah perintah yang mengundang angin kesejukan di tengah rasa takut berlebihan dari mereka yang memusuhi beliau, “ Barangsiapa yang masuk rumah Abu Sufyan, maka dia aman”.
Maha suci Allah! Bukan kah dalam rentang waktu 20 tahun, rumah Abu Sufyan dijadikan sebagai markas bagi orang-orang kafir untuk mendepak, menekan, dan memusuhi umat islam? Bukankah di dalamnya berdiam seseorang yang telah merobek dada dan perut Paman beliau Shallallahu’alaihiwassalam. Hamzah-radhiyallahu’anhu, mengunyah jantungnya dan mengalungkan ususnya pada lehernya? Dan pernahkah ada dalam sejarah umat manusia, seseorang yang memiliki sikap orang setinggi ini?
Maha benar Allah dengan firman Nya,
  
“ Dan sesungguhnya engkau berada dalam akhlak yang agung” (Al-Qalam : 4)

TELADAN HASIL DIDIKAN SANG PENCIPTA
Bukan sembarang hamba-Nya, bukan sembarang utusan-Nya. Beliau adalah sebuah “Wujud nyata” akan implementasi nilai-nilai luhur yang terancam dalam AL-Qur’an, Firman Tuhan semesta Alam. Didikan langusng oleh-Nya, menjadikan beliau Shallallahu ’alaihi wasallam seseorang yang telah tercetak permanen dalam sanubarinya nilai-nilai keimanan, olah pikir, olah raga, dan olah jiwa. Keteladanan ini timbul dari aplikasi terhadap nilai-nilai luhur yang paling unggul. Tercermin jelas nilai-nilai Qurani dalam jiwa beliau, maka tak heran kalau beliaulah manusia teragung yang pernah ada.
  
“Dari Sa’d bin Hisyam bin Amir, dia berkata,” Aku datang kepada Aisyah dan berkata, “Wahai Ummul Mukminin, beritahu padaku tentang akhlak Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam. Beliau menjawab “Akhlak beliau adalah Al-Quran” (HR. Ahmad : 2001).

Al-Quran mencanangkan karakter yang terbaik dan banyak selaras dengan nilai-nilai universal. Hubungan seseorang dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan alam semesta dan puncaknya adalah hubungan dengan Allah, pencipta Alam Semesta.

BAGAIMAN BELIAU MELAKUKANNYA?
Seseorang itu tergantung agama kawanya. Begitu banyak sejarah yang beliau torehkan dengan tinta emas dalam setiap hembusan nafasnya selama 63 tahun, menyebarkan rahmat dan kasih sayang bersama para sahabatnya di tengah ganasnya padang pasir Arab. Kalau beliau adalah manusia terbaik, maka para sahabat beliaulah yang menjadi pionir-pionir terbaik setelah beliau. Disebutkan dalam sebuah hadits,
“Sebaik-baik manusia adalah di zamanku (para sahabat), kemudian setelah mereka (tabi’in), kemudian setelah mereka (tabi’ut tabi’in)” HR. Bukhari no. 6429
Beliau Shallallahu’alaihiwassalam adaah potret seorang guru teladan yang sukses mencetak kader-kader pilihan yang berkualitas. Bagaimana tidak ? Berawal dari kaum Arab barbar rendahan yang bersujud kepada patung dan menikahi ibu-ibu mereka sendiri, beliau angkat derajat mereka dengan menanamkan kitabullah ke dalam dada-dada mereka hingga menjadi kaum yang shalih dan berperadaban maju. Bagaimana beliau melakukannya?

1.            MENANAM
Pernah ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah, lalu berkata, “ Hai Rasulullah, izinkan aku berzina” maka para sahabatpun spontan menoleh kepadanya dan menghardiknya. Kemudian Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan arifnya menyuruh pemuda itu untuk mendekat. Setelah ia mendekat beliaupun bertanya “Apakah engkau suka bila zina menimpa ibumu?”Pemuda itu menafikan, dan beliaupun menjelaskan bahwa manusia pun tak suka kalau ibunya dizinai kembali, beliau bertanya lagi, apakah engkau suka bila zina menimpa anak gadismu?” Pemuda itu kembalu menafikan, dan beliau bertanya perihal saudari ayahnya (bibinya) dan saudara ibunya (bibinya). Kemudian beliau meletakkan tangannya yang mulia di dada pemuda tersebut, lalu berdo’a. Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan lindungilah kemaluannya.” Semenjak itu pemuda tadi tidak pernah sedikitpun menoleh kedalam kubangan zina kembali" (Riwayat Ahmat, Ath. Thabrani, Al-Baihaqy, dan di shahihkan oleh Al-Albani dari sahabat Abu Umamah)

2.      MENUMBUHKAN
 Suatu hari, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengunjungi Al-Abbas, paman beliau yang sedang sakit. Lelaki itu mengharapkan kematian karena beratnya penyakit yang ia derita. Namun beliau justru menepuk dadanya dan bersabda “Janganlah engkau mengharap kematian wahai Abbas, jika engkau tetap hidup, tentu engkau dapat memperbanyak amal kebaikan, dan hal itu lebih baik bagimu. Dan jika kau tetap hidup, tentu engkau juga bias bertaubat dari sesuatu dan hal itu lebih baik bagimu” (Al-Musnad, VI/ 339)

3.      MENGEMBANGKAN
 Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu, menuturkan pengalamannya tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mengutusku ke Yaman, aku berkata “Bagaimana mungkin engkau akan mengutusku, sedangkan usiaku masih muda, dan aku tidak memiliki banyak pengetahuan masalah peradilan ?” Ali melanjutkan “Lalu Rosulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menepuk dadaku dan bersabda, “Pergilah, sesungguhnya Allah akan memantapkan lidahmu menunjuki hatimu”. Ali berkata “semenjak itu, aku tidak merasa berat untuk memutuskan di antara dua orang (yang berselisih)” ( Al Musnad, VI/339)

4.      MEMANTAPKAN
 Dan ditahap ini, seseorang diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dalam bentuk kegiatan nyata, serta bertanggung jawab dalam setiap sikap, tindakan, dan tutur kata.
Salah satu contohnya adalah sabda Beliau “Pelajarilah Al-Qur’an dari 4 orang, Abdullah bin Mas’ud, Salim-mantan budak- Abu Hudzaidah, Ubay bin Ka’ab, dan Mu’adz bin Jabal” (HR. Bukhori No. 37609-VII/102)


 Subhanallah ! Demikianlah tahapan-tahapan kurikulum dalam sekolah akhlak Rosul kita Muhammad Shalallahu ‘alaihu Wassalam- Tahapan-tahapan pembelajaran yang melibatkan segala ruang lingkup, olah pikir (cerdas, produktif, kritis, Dst). Olah raga (kuat, sehat, tangguh, dll) Olah rasa (kebersamaan, toleran, saling menghargai, dsb) dan olah hati (beriman kepada Allah, jujur, amanah, adil dst) dan dengan ini, lahirlah kader-kader terbaik umat ini yang siap mengorbankan harta, jiwa demi tegaknya panji tauhid di bumi-Nya.

Mengakhiri kesempatan kali ini marilah kita bersama-sama menelaah sebuah perkataan dari seorang imam ahlu sunnah waljama’ah Imam Syafi’i
“Barang siapa yang tidak pernah belajar di masa mudanya
Maka ucapkanlah takbir empat kali atas kematiannya
Hidup seorang pemuda demi Allah adalah dengan ilmu taqwa
Sebab jika keduanya tidak ada padanya, maka tidak ada lagi jati dirinya”










0 komentar: